Jumat, 22 Maret 2013
Unsur-Unsur Kesegaran Jasmani
Unsur-Unsur Kesegaran Jasmani
Suatu kenyataan bahwa pada umumnya kesegaran jasmani seseorang berhubungan
dengan kesehatannya. Anda telah bayak
diutarakan oleh para ahli, salah satu batasan yang dapat kita kemukakan adalah
bahwa kesegaran sudah sering mendengar istilah
kesegaran jasmani atau physical fitness. Kesegaran jasmani jasmani
mempunyai fungsi penting bagi individu
dalam menyelasaikan tugas-tugas hidupnya dengan hasil yang oftimal tanpa
mengalami kelelahan yang berarti.
Kesegaran jasmani bagi orang tua ialah untuk mempertahankan kondisi
fisik terhadap serangan penyakit. Kesegaran jasmani bagi pelajar dan mahasiswa
untuk mempertinggi kemampuan belajar. Sedangkan bagi anak usia sekolah dasar
fungsi kesegaran jasmani sangat penting untuk menyediakan tugas-tugas belajar
di sekolah dengan baik. Di samping itu,
kesegaran jasmani bagi anak-anak untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan
fisik yang baik.
Unsur-unsur
kesegaran jasmani yang dikemukakan oleh para ahli yang perlu dipahami oleh para
guru sekolah dasar (SD) adalah sebagai berikut.
1.
Kekuatan (Strenght)
Kekuatan adalah kemampuan seseorang untuk membangkitkan tegangan(tension)
terhadap suatu tahanan (resisten). Derajat
kekuatan otot tersebut pada umumnya berbeda untuk setiap orang. Kekuatan otot
dapat dikembangkan melalui latihan-latihan otot
melawan tahanan yang ditingkatkan sedikit demi sedikit. Latihan-latihan
yang secara langsung mendukung peningkatan kekuatan otot adalah latihan
isometrik (seperti gerakan menahan beban tubuh dengan merentangkan tangan ke dinding) dan latihan dengan mengangkat
beban.
Kekuatan merupakan hasil kerja
otot yang berupa kemampuan untuk mengangkat, menjinjing, menahan, mendorong,
menarik beban, menolak, dan melempar. Semakin besar penampang lintang otot akan
semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan dari kerja otot tersebut.
Sebaliknya semakin penampang lintangnya, akan semakin kecil pula kekuatan yang
dihasilkan.
2. Daya tahan
Daya tahan adalah kemampuan tubuh mensuplai oksigen yang diperlukan untuk
melakukan kegiatan. Apabila sesorang melakukan kegiatan latihan khusus untuk
memperbaiki daya tahan tubuhnya maka akan terjadi peningkatan kapiler-kapiler
jaringan otot. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa orang yang terlatih dan
yang memiliki kemampuan daya tahan tubuh
yang besar dapat bekerja dalam waktu yang lebih lama dan efisien dalam waktu
pola geraknya.
Daya tahan otot adalah kemampuan
otot atau sekelompok otot untuk bertahan melakukan suatu kegiatan daam waktu
yang relatif lama. Daya tahan jantung adalah kemampuan seseorang untuk
mempertahankan suatu kegiatan
yang membutuhkan tahanan dalam waktu yang lama. Termasuk dalam hal ini
adalah interkasi yang efisien dari pembuluh-pembuluh darah jantung dan
paru-paru.
Daya tahan tubuh diberikan dalam bentuk kegiatan lari perlahan-lahan atau
jalan cepat dengan jarak agak jauh, daya tahan otot dapat diberikan dengan
latihan-latihan , seperti lompat tali, lari naik tangga, dorong-mendorong,
tarik-menarik, yang dilakukan dengan berulang-ulang dalam waktu yang relatif
lama.
3. Kecepatan
Dapat diberikan dengan kegiatan latihan yang serba cepat, seperti lari
parak pendek 50 meter, 100 meter, 200 meter, dan shuttle run.
4. Kelincahan
Kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara cepat. Komponen
kelincahan adalah seperti berikut ini :
(a) melakukan gerak perubahan arah secara cepat, (b) berlari cepat, kemudian
berhenti secara mendadak, (c) kecepatan berekasi. Menurut Gobont , 1989 (dalam
Mahendra), bahwa kecepaatan reaksi bergerak
ditentukan faktor-faktor : (a)
frekuensi rangsang, yang tergantung pada kemampuan, kebutuhan, tekad, serta
mobilitas syaraf, (b) kecepatan kontraksi otot, dan (c) tingkat tonasi otot,
serta (d) keadaan kualitas otot tertentu, misalnya kekuatan otot serta tenaga ledak otot. Latihan dapat diberikan kegiatan dalam bentuk latihan dengan
perubahan arah gerak, misalnya lari hilir mudik.
5. Kelentukan
Kelentukan adalah kualitas yang memungkinkan suatu segmen bergerak
semaksimal mungkin menurut kemungkinan tentang geraknya (range of muvement).
Fleksibilitas seseorang ditentukan oleh kemampuan gerak dari sendi-sendi. Makin
luas ruang gerak sendi-sendi semakin baik fleksibilitasnya seseorang. Suatu derajat fleksibilitas yang
tinggi diperlukan untuk menghasilkan suatu gerakkan yang effisien dan
untuk mencegah terjadinya cedera pada
otot maupun persendian. Latihan yang mendukung secara langsung peningkatan fleksibilitas
adalah olahraga senam. Kegiatan dapat
dilakukan dengan latihan-latihan pelemasan sendi agar gerak sendi lebih luas.
6. Koordinasi
Koordinasi gerak merupakan kemampuan yang mencakup dua atau lebih kemampuan
persetual pola-pola gerak. Termasuk kemampuan gerak koordinasi adalah berikut
ini.
a. Koordinasi mata
dengan tangan yang berhubungan dengan kemampuan memilih suatu obyek dan
mengkoordinasikannya (obyek yang dilihat dengan gerakan-gerakan yang diatur).
Contohnya adalah dalam permainan menangkap bola.
Koordinasi mata dan tangan menghendaki pengamatan yang tepat. Latihan dapat
dilakukan pada anak usia sekolah dasar adalah menagkap bola yang dilempar.
b. Koordinasi mata
dan kaki. Yang berhubungan dengan kemampuan melakukan sesuatu gerakan
berdasarkan pengliatan dan gerak anggota badan bagian bawa, misalnya menendang
bola.
7. Ketepatan
Kegiatan ini dapat dilakukan pada anak usia sekolah dasar, misalnya
melempar bola kecil kesasaran tertentu atau memasukkan bola ke dalam keranjang.
8. Keseimbangan
Keseimbangan bisa diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu keseimbangan
statik dan keseimbangan dinamik.
Keseimbangan statik adalah kemampuan mempertahankan posisi tubuh tertentu untuk
tidak bergoyang atau roboh, sedangkan keseimbangan dinamik adalah kemampuan
untuk mempertahankan tubuh agar tidak jatuh pada saat sedang melakukan gerakan.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa keseimbangan statik adalah keseimbangan
pada saat tubuh diam, misalnya sedang berdiri pada satu kaki, sedangkan
keseimbangan dinamik adalah keseimbangan tubuh pada saat bergerak, misalnya
pada saat sedang berlari atau berjingkat.
Untuk
melatih keseimbangan pada anak usia TK, misalnya meniti balok, membuat
keseimbangan dengan satu kaki, menumpu kaki yang lain lurus ke belakang,
sedangkan kedua tangan lurus ke samping dengan dibarengi mata dipejamkan dan
gerakan menekuk lutut dan kembali lurus lagi
Kamis, 21 Maret 2013
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Untuk
mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang strategi pembelajaran Bahasa
Indonesia dan efektivitasnya terhadap pencapaian tujuan belajar, kajian pustaka
penelitian ini akan difokuskan pada (1) pembelajaran bahasa, (2) strategi
pembelajaran Bahasa Indonesia, meliputi metode dan teknik pembelajaran Bahasa
Indonesia, dan (3) hasil pembelajaran
2.1 Pembelajaran Bahasa
Pembelajaran
merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng (1989). Kegiatan pengupayaan ini
akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan
efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan
karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi
pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian
pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan
prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pengajar harus
memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan
pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat
dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar
dapat terpenuhi. Gilstrap dan Martin (1975) juga menyatakan bahwa peran
pengajar lebih erat kaitannya dengan keberhasilan pebelajar, terutama berkenaan
dengan kemampuan pengajar dalam menetapkan strategi pembelajaran.
Belajar
bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran
bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi,
baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum
2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu
membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan.
Sedangkan
tujuan pembelajaran bahasa, menurut Basiran (1999) adalah keterampilan
komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan
adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan
diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi kebahasaan,
pemahaman, dan penggunaan. Sementara itu, dalam kurikulum 2004 untuk SMA dan
MA, disebutkan bahwa tujuan pemelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia secara umum
meliputi (1) siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan (nasional) dan bahasa negara, (2) siswa memahami Bahasa Indonesia
dari segi bentuk, makna, dan fungsi,serta menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan, (3) siswa memiliki
kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, kematangan emosional,dan kematangan sosial, (4) siswa memiliki
disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis), (5) siswa mampu
menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian,
memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa, dan (6) siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai
khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Untuk
mencapai tujuan di atas, pembelajaran bahasa harus mengetahui prinsip-prinsip
belajar bahasa yang kemudian diwujudkan dalam kegiatan pembelajarannya, serta
menjadikan aspek-aspek tersebut sebagai petunjuk dalam kegiatan
pembelajarannya. Prinsip-prinsip belajar bahasa dapat disarikan sebagai
berikut. Pebelajar akan belajar bahasa dengan baik bila (1) diperlakukan
sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan minat, (2) diberi kesempatan
berapstisipasi dalam penggunaan bahasa secara komunikatif dalam berbagai macam
aktivitas, (3) bila ia secara sengaja memfokuskan pembelajarannya kepada
bentuk, keterampilan, dan strategi untuk mendukung proses pemerolehan bahasa,
(4) ia disebarkan dalam data sosiokultural dan pengalaman langsung dengan
budaya menjadi bagian dari bahasa sasaran, (5) jika menyadari akan peran dan
hakikat bahasa dan budaya, (6) jika diberi umpan balik yang tepat menyangkut
kemajuan mereka, dan (7) jika diberi kesempatan untuk mengatur pembelajaran
mereka sendiri (Aminuddin, 1994).
2.2 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembicaraaan
mengenai strategi pembelajaran bahasa tidak terlepas dari pembicaraan mengenai
pendekatan, metode, dan teknik mengajar. Machfudz (2002) mengutip
penjelasan Edward M. Anthony (dalam H. Allen and Robert, 1972) menjelaskan
sebagai berikut.
2.2.1 Pendekatan Pembelajaran
Istilah
pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu pada teori-teori tentang hakekat
bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber landasan/prinsip
pengajaran bahasa. Teori tentang hakikat bahasa mengemukakan asumsi-asumsi dan
tesisi-tesis tentang hakikat bahasa, karakteristik bahasa, unsur-unsur bahasa,
serta fungsi dan pemakaiannya sebagai media komunikasi dalam suatu masyarakat
bahasa. Teori belajar bahasa mengemukakan proses psikologis dalam belajar bahasa
sebagaimana dikemukakan dalam psikolinguistil. Pendekatan pembelajaran lebih
bersifat aksiomatis dalam definisi bahwa kebenaran teori-teori linguistik dan
teori belajar bahasa yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Dari pendekatan
ini diturunkan metode pembelajaran bahasa. Misalnya dari pendekatan berdasarkan
teori ilmu bahasa struktural yang mengemukakan tesis-tesis linguistik menurut
pandangan kaum strukturalis dan pendekatan teori belajar bahasa menganut aliran
behavioerisme diturunkan metode pembelajaran bahasa yang disebut Metode Tata
Bahasa (Grammar Method).
2.2.2 Metode
Pembelajaran
Istilah
metode berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran
bahasa secara teratur. Istilah ini bersifat prosedural dalam arti penerapan
suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui
langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan
perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan
penilaian hasil belajar.
Dalam
strategi pembelajaran, terdapat variabel metode pembelajaran dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu strategi pengorganisasian isi
pembelajaran, (b) strategi penyampaian pembelajaran, dan (c) startegi
pengelolaan pembelajaran (Degeng, 1989). Hal ini akan dijelaskan sebagai
berikut.
(a) Strategi Pengorganisasian Isi
Pembelajaran
Adalah
metode untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang telah dipilih untuk
pembelajaran. “Mengorganisasi” mengacu pada tindakan seperti pemilihan isi,
penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lain-lain yang setingkat dengan
itu. Strategi penyampaian pembelajaran adalah metode untuk menyampaikan
pembelajaran kepada pebelajar untuk menerima serta merespon masukan yang
berasal dari pebelajar. Adapun startegi pengelolaan pembelajaran adalah metode
untuk menata interaksi antara pebelajar dengan variabel pengorganisasian dan
penyampaian isi pembelajaran.
Strategi
pengorganisasian isi pembelajaran dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi
pengorganisasian pada tingkat mikro dan makro. Strategi mikro mengacu pada
metode untuk mengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep
atau prosedur atau prinsip. Sedangkan strategi makro mengacu pada metode untuk
mengorganisasi isis pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau
prosedur atau prinsip. Strategi makro lebih banyak berurusan dengan bagaimana memilih,
menata ururtan, membuat sintesis, dan rangkuman isi pembelajaran yang paling
berkaitan. Penataan ururtan isi mengacku pada keputusan tentang bagaimana cara
menata atau menentukan ururtan konsep, prosedur atau prinsip-prinsip hingga
tampak keterkaitannya dan menjadi mudah dipahami.
(b) Strategi Penyampaian Pembelajaran
Strategi
penyampaian pembelajaran merupakan komponen variabel metode untuk melaksanakan
proses pembelajaran. Strategi ini memiliki dua fungsi, yaitu (1) menyampaikan
isi pembelajaran kepada pebelajar, dan (2) menyediakan informasi atau
bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk kerja (seperti
latihan tes).
Secara
lengkap ada tiga komponen yang perlu diperhatikan dalam mendeskripsikan
strategi penyampaian, yaitu (1) media pembelajaran, (2) interaksi pebelajar
dengan media, dan (3) bentuk belajar mengajar.
(1)
Media Pembelajaran
Media
pembelajaran adalah komponen strategi penyampaian yang dapat dimuat pesan yang
akan disampaikan kepada pebelajar baik berupa orang, alat, maupun bahan.
Interkasi pebelajar dengan emdia adalah komponen strategi penyampaian
pembelajaran yang mengacu kepada kegiatan belajar. Adapun bentuk belajar
mengajar adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu pada
apakah pembelajaran dalam kelompok besar, kelompok kecil, perseorangan atau
mandiri (Degeng, 1989).
Martin dan
Brigss (1986) mengemukakan bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang
diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan pembelajaran.
Essef dan
Essef (dalam Salamun, 2002) menyebutkan tiga kriteria dasar yang dapat
digunakan untuk menyeleksi media, yaitu (1) kemampuan interaksi media di dalam
menyajikan informasi kepada pebelajar, menyajikan respon pebelajar, dan
mengevaluasi respon pebelajar, (2) implikasi biaya atau biaya awal melipui
biaya peralatan, biaya material (tape, film, dan lain-lain) jumlah jam yang
diperlukan, jumlah siswa yang menerima pembelajaran, jumlah jam yang diperlukan
untuk pelatihan, dan (3) persyaratan yang mendukungh atau biaya operasional.
(2)
Interaksi Pebelajar Dengan Media
Bentuk
interaksi antara pembelajaran dengan media merupakan komponen penting yang
kedua untuk mendeskripsikan strategi penyampaian. Komponen ini penting karena
strategi penyampaian tidaklah lengkap tanpa memebri gambaran tentang pengaruh
apa yang dapat ditimbulkan oleh suatu media pada kegiatan belajar siswa. Oleh
sebab itu, komponen ini lebih menaruh perhatian pada kajian mengenai kegiatan
belajar apa yang dilakukan oleh siswa dan bagaimana peranan media untuk
merangsang kegiatan pembelajaran.
(3)
Bentuk Belajar Mengajar
Gagne (1968)
mengemukakan bahwa “instruction designed for effective learning may be
delivered in a number of ways and may use a variety of media”. Cara-cara untuk
menyampaikan pembelajaran lebih mengacu pada jumlah pebelajar dan kreativitas
penggunaan media. Bagaimanapun juga penyampaian pembelajaran dalam kelas besar
menuntu penggunaan jenis media yang berbeda dari kelas kecil. Demikian pula
untuk pembelajaran perseorangan dan belajar mandiri.
(c)
Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Strategi
pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan
dengan bagaimana interaksi antara pebelajar dengan variabel-variabel metode
pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan
tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian tertentu yang
digunakan selama proses pembelajaran. Paling sedikit ada empat klasifikasi
variabel strategi pengelolaan pembelajaran yang meliputi (1) penjadwalan penggunaan
strategi pembelajaran, (2) pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, dan (3)
pengelolaan motivasional, dan (4) kontrol belajar.
Penjadwalan
penggunaan strategi pembelajaran atau komponen suatu strategi baik untuk
strategi pengorganissian pembelajaran maupun strategi penyampaian pembelajaran
merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan pembelajaran. Penjadwalan
penggunaan strategi pengorganisasian pembelajaran biasanya mencakup pertanyaan
“kapan dan berapa lama siswa menggunakan setiap komponen strategi
pengorganisasian”. Sedangkan penjadwalan penggunaan strategi penyampaian
melibatkan keputusan, misalnya “kapan dan untuk berapa lama seorang siswa
menggunakan suatu jenis media”.
Pembuatan
catatan kemajuan belajar siswa penting sekali bagi keperluan pengambilan
keputusan-keputusan yang terkait dengan strategi pengelolaan. Hal ini berarti
keputusan apapun yang dimabil haruslah didasarkan pad ainformasi yang lengkap
mengenai kemajuan belajar siswa tentang suatu konsep, prosedur atau prinsip?
Bila menggunakan pengorganisasian dengan hierarki belajar, keputusna yang tepat
mengenai unsur-unsur mana saja yang ada dalam hierarki yang diajarkan perlu
diambil. Semua ini dilakukan hanya apabila ada catatan yang lengkap mengenai
kemajuan belajar siswa.
Pengelolaan
motivasional merupakan bagian yang amat penting dari pengelolaan inetraksi
siswa dengan pembelajaran. Gunanya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
Sebagian besar bidang kajian studi sebenarnya memiliki daya tarik untuk
dipelajari, namun pembelajaran gagal menggunakannya sebagai alat motivasional.
Akibatnya, bidang studi kehilangan daya tariknya dan yang tinggal hanya
kumpulan fakta dan konsep, prosedur atau prinsip yang tidak bermakna.
Jack C.
Richards dan Theodore S. Rodgers (dalam Machfudz, 2002) menyatakan dalam
bukunya “Approaches and Methods in Language Teaching” bahwa metode
pembelajaran bahasa terdiri dari (1) the oral approach and stiuasional
language teaching, (2) the audio lingual method, (3) communicative
language teaching, (4) total phsyical response, (5) silent way,
(6) community language learning, (7) the natural approach, dan
(8) suggestopedia.
Saksomo
(1984) menjelaskan bahwa metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia antara lain
(1) metode gramatika-alih bahasa, (2) metode mimikri-memorisasi, (3) metode
langsung, metode oral, dan metode alami, (4) metode TPR dalam pengajaran
menyimak dan berbicara, (5) metode diagnostik dalam pembelajaran membaca, (6)
metode SQ3R dalam pembelajaran membaca pemahaman, (7) metode APS dan metode
WP2S dalam pembelajaran membaca permulaan, (8) metode eklektik dalam
pembelajaran membaca, dan (9) metode SAS dalam pembelajaran membaca dan menulis
permulaan.
Menurut
Reigeluth dan Merril (dalam Salamun, 2002) menyatakan bahwa klasifikasi
variabel pembelajaran meliputi (1) kondisi pembelajaran, (2) metode
pembelajaran, dan (3) hasil pembelajaran.
(1)
Kondisi Pembelajaran
Kondisi
pembelajaran adalah faktor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan
hasil pembelajaran (Salamun, 2002). Kondisi ini tentunya berinteraksi dengan
metode pembelajaran dan hakikatnya tidak dapat dimanipulasi. Berbeda dengan
halnya metode pembelajaran yang didefinisikan sebagai cara-cara yang berbeda
untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi pembelajaran
yang berbeda. Semua cara tersebut dapat dimanipulasi oleh perancang-perancang
pembelajaran. Sebaliknya, jika suatu kondisi pembelajaran dalam suatu situasi
dapat dimanipulasi, maka ia berubah menjadi metode pembelajaran. Artinya
klasifikasi variabel-variabel yang termasuk ke dalam kondisi pembelajaran,
yaitu variabel-variabelmempengaruhi penggunaan metode karena ia
berinteraksi dengan metode danm sekaligus di luar kontrol perancang
pembelajaran. Variabel dalam pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga
bagian, yaitu (a) tujuan dan karakteristik bidang stuydi, (bahasa) kendala dan
karakteristik bidang studi, dan (c) karakteristik pebelajar.
(2)
Metode Pembelajaran
Machfudz
(2000) mengutip penjelasan Edward M. Anthony (dalam H. Allen and Robert, 1972)
menjelaskan bahwa istilah metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berarti
perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara
teratur. Istilah ini lebih bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu
metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang
teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran,
penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar.
Sedangkan menurut Salamun (2002), metode pembelajaran adalah cara-cara yang
berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang
berbeda. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah sebuah cara
untuk perencanaan secara utuh dalam menyajikan materi pelajaran secara teratur
dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di
bawah kondisi yang berbeda.
(3)
Hasil Pembelajaran
Hasil
pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang
nilai dari penggunaan metode pembelajaran (Salamun, 2002). Variabel hasil
pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu kefektifav, (2)
efisiensi, dan (3) daya tarik.
Hasil
pembelajaran dapat berupa hasil nyata (actual outcomes), yaitu hasil nyata yang
dicapai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi tertentu, dan hasil yang
diinginkan (desired outcomes), yaitu tujuan yang ingin dicapai yang sering
mempengaruhi keputusan perancang pembelajaran dalam melakukan pilihan metode
sebaiknya digunakan klasifikasi variabel-variabel pembelajaran tersebut secara
keseluruhan ditunjukkan dalam diagram berikut.
Kondisi
|
Tujuan dan karakteristik bidang studi
|
Kendala dan karakteristik bidang studi
|
Karakteristik siswa
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
Metode
|
Strategi pengorganisasian pembelajaran: strategi
makro dan strategi mikro
|
Strategi penyampaian pembelajaran
|
Strategi pengelolaan pembelajaran
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Hasil
|
Keefektifan,
efisiensi, dan daya tarik pembelajaran
|
Diagram 1: Taksonomi variabel pembelajaran (diadaptasi
dari Reigeluth dan Stein: 1983)
Keefektifan pembelajaran dapat
diukur dengan tingkat pencapaian pebelajar. Efisiensi pembelajaran biasanya
diukur rasio antara jefektifan dan jumlah waktu yang dipakai pebelajar dan atau
jumlah biaya pembelajaran yang digunakan. Daya tatik pembelajaran biasanya juga
dapat diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untun tetap terus belajar.
Adapaun daya tarik pembelajaran erat sekali dengan daya tarik bidang studi.
Keduanya dipengaruhi kualitas belajar.
2.2.3 Teknik
Pembelajaran
Istilah
teknik dalam pembelajaran bahasa mengacu pada pengertian implementasi
perencanaan pengajaran di depan kelas, yaitu penyajian pelajaran dalam kelas
tertentu dalam jam dan materi tertentu pula. Teknik mengajar berupa berbagai
macam cara, kegiatan, dan kiat (trik) untuk menyajikan pelajaran dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Teknik pembelajaran bersifat implementasi,
individual, dan situasional.
Saksomo
(1983) menyebutkan teknik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia antara lain (1)
ceramah, (2) tanya—jawab , (3) diskusi, (4) pemebrian tugas dan resitasi, (5)
demonstrasi dan eksperimen, (6) meramu pendapat (brainstorming), (7)
mengajar di laboratorium, (8) induktif, inkuiri, dan diskoveri, (9) peragaan,
dramatisasi, dan ostensif, (10) simulasi, main peran, dan sosio-drama, (11)
karya wisata dan bermain-main, dan (12) eklektik, campuran, dan serta—merta.
DAFTAR PUSTAKA
Basiran,
Mokh. 1999. Apakah yang Dituntut GBPP Bahasa Indonesia Kurikulum 1994?.
Yogyakarta: Depdikbud
Darjowidjojo,
Soenjono. 1994. Butir-butir Renungan Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai
Bahasa Asing. Makalah disajikan dalam Konferensi Internasional Pengajaran
Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing. Salatiga: Univeristas Kristen Satya
Wacana
Degeng,
I.N.S. 1997. Strategi Pembelajaran Mengorganisasi Isi dengan Model Elaborasi.
Malang: IKIP dan IPTDI
Depdikbud.
1995. Pedoman Proses Belajar Mengajar di SD. Jakarta: Proyek Pembinaan
Sekolah Dasar
Machfudz,
Imam. 2000. Metode Pengajaran Bahasa Indonesia Komunikatif.
Jurnal Bahasa dan Sastra UM
Moeleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya.
Saksomo,
Dwi. 1983. Strategi Pengajaran Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang
Salamun, M.
2002. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Pesantren. Tesis..
Tidak diterbitkan
Sholhah,
Anik. 2000. Pertanyaan Tutor dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk
Penutur Asing di UM. Skripsi. Tidak diterbitkan.
Subyakto,
Sri Utari. 1988. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Dirjen Dikti
Depdikbud
Sugiono, S.
1993. Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing. Makalah
disajikan dalam Konferensi Bahasa Indonesia; VI. Jakarta: 28 Oktober—2 Nopember
1993
Suharyanto.
1999. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD. Yogyakarta: Depdikbud
Langganan:
Postingan (Atom)